Ijinkan gw memulai tulisan ini dengan informasi
sebagai berikut :
Pertama, suatu kali di musim hujan, gw ngobrol
sama temen melalui alat komunikasi bernama mobile phone. Entah apa yang kami
perbincangkan, gw ga bisa inget, saking banyaknya. Tapi dari sekian banyak yang
kami bahas, ada satu hal yang nempel di otak. Dimana temen gw itu bilang kalo
segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.
Kedua, Les Misérables. Film karya Tom Hooper yang berhasil
bikin gw merasa seperti nonton Broadway. Dari sekitar 158 menit yang gw lewati
dan ratusan scene yang muncul, ada satu scene yang paling gw inget. Ketika Cosette
(Amanda Seyfried) dan Marius (Eddie Redmayne) bertemu, lalu mereka bernyanyi
dipisahkan oleh pagar rumah. Tiba-tiba ada penampakan seekor kupu-kupu hinggap
di pagar sambil mengepakkan sayapnya perlahan. Wuaa, sempurna. Lengkap sudah
sang sutradara membawa penonton merasakan bahwa Cosette dan Marius itu saling
mencinta.
Ketiga, betapa abstraknya cara berpikir gw, sampai
tiba-tiba gw inget tentang quote-quote yang nulis begini, ‘Life is like a
movie’ blablabla.
Well, saatnya gw sambungkan ketiga informasi itu.
Dan inilah hasil pemahaman gw.
Hidup itu ibarat film. Ok, bisaa. Naa, kalau gw pribadi menganggap bahwa kita ini
aktor dan aktris yang memerankan karakter dalam film, sedangkan sutradaranya
itu Tuhan. Hmm, Tuhan juga bisa jadi scriptwriternya, merangkap producer,
merangkap music composer, dll. He’s The Artist lah. Kalau dalam kehidupan nyata
sech bolehlah gw melihat sosok Charles Chaplin. Beliau itu salah satu pendiri United
Artists Corporation (monggo di-Google). Kalau bikin film, beliau bukan cuma
bertindak sebagai aktor, tapi juga sutradara, penulis skenario, producer,
composer, all in one. But again, God, Himself, is the true Artist above all.
The Master. The Almighty, more than Bruce Almighty. Tugas kita adalah memerankan karakter yang diberikan dengan sebaik-baiknya, bebas bereksplorasi. Asal ga melenceng dari arahan sutradara. The director has the vision.
Salah satu pengajar gw pernah bilang, apa yang kamu liat di
film itu semua ada maksudnya. Settingnya, kostumnya, make-up-nya, lightingnya, dll,
everything is there with purpose. Istilahnya Mise-en-Scéne (monggo di-Google
lagi). Itulah yang membuat film keliatan bagus dimata penonton. Semua
dipikirkan secara mendetail, semua dirancang dengan alasan. Seperti contohnya
kupu-kupu dalam film Les Misérables. Kupu-kupu itu bukan tiba-tiba ada di
pagar dan ga sengaja tertangkap oleh lensa kamera. Kupu-kupu itu memang dimaksudkan untuk
ada disitu, sebuah simbol yang menguatkan penggambaran suasana cinta antara dua
karakternya. Kenapa dalam film Argo banyak tight shot/ close-up, supaya kita
bisa liat ekspresi setiap karakternya, merasakan ketegangan, kegelisahan,
ketakutan yang sama dengan para karakternya. Kenapa warna nail polish Keira
Knightley dalam film Seeking a Friend for the End of the World harus biru
keabu-abuan? Gw yakin itu ada alasannya (walaupun gw ga ngerti apaan..hoho), yang berhubungan
dengan penggambaran sosok karakter yang dimainkan Keira. Kenapa kalau sedih seringkali
kita liat ada hujan turun, itulah simbol. Kecil sech, tapi punya makna terpendam, juga menyempurnakan.
*cieeee*
Itulah detail-detail yang kadang ga kita
perhatiin, karena banyak hal lain yang lebih menarik perhatian kita. Biasanya
sech hal-hal yang lebih kelihatan, yang lebih eye-catching gitu. Padahal tanpa disadari hal-hal kecil
itulah yang melengkapi sesuatu yang besar itu.
Sering gw denger orang (salah satunya temen gw) bilang,
ada alasan dibalik semua yang terjadi dalam hidup. Apa yang datang, apa yang
pergi, seneng, sedih, memalukan, membanggakan, semua ada alasannya, walaupun ga
semua harus kita cari alasannya dan ga semua alasan bisa kita pahami. Seperti
simbol-simbol dalam film Stanley Kubrick yang suka susah buat dimengerti, tapi
toh filmnya tetep bagus.
Mungkin kita sering ga sadar akan hal-hal yang
kecil, karena terlalu dibuai sama hal yang besar (gw sering
mengalami ini..hoho..). Hal kecil kalo ternyata hari ini masih bisa makan dan
minum, hari ini masih bisa berangkat sekolah, masih bisa main bareng temen, masih
bisa kerja, masih bisa peluk-cium orang tersayang. Sesuatu yang rutin, sederhana, tapi
sering kita lupa. Fokus kita hanya pada sesuatu yang besar, pencapaian-pencapaian
luar biasa dan ingin diakui oleh orang-orang.
Apa artinya yang besar itu kalau ga bisa menikmati hidup. Apalah artinya budget besar, effect yang luar
biasa kalo ceritanya memble.
Gw juga sering lupa dan ga merhatiin hal-hal
kecil. Tapi mungkin ada saatnya kita (gw juga termasuk) musti bersantai, tenang, mengingat semua
hal yang terjadi, besar dan kecilnya. We may not understand why all that should
be happen, but the only thing that we can do is to trust the Director who direct
our life.
Gw tutup dengan quote dari salah satu film
kesukaan gw boleh ya. Ini ga nyambung sama life is like a movie sech, but since I like the quote, gw tulis aja ya.. hohoho.. *maksa*
"My momma always said life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get." - Forrest Gump