Thursday, February 28, 2013

life is like.. blablabla


Ijinkan gw memulai tulisan ini dengan informasi sebagai berikut :

Pertama, suatu kali di musim hujan, gw ngobrol sama temen melalui alat komunikasi bernama mobile phone. Entah apa yang kami perbincangkan, gw ga bisa inget, saking banyaknya. Tapi dari sekian banyak yang kami bahas, ada satu hal yang nempel di otak. Dimana temen gw itu bilang kalo segala sesuatu terjadi karena suatu alasan.

Kedua, Les Misérables. Film karya Tom Hooper yang berhasil bikin gw merasa seperti nonton Broadway. Dari sekitar 158 menit yang gw lewati dan ratusan scene yang muncul, ada satu scene yang paling gw inget. Ketika Cosette (Amanda Seyfried) dan Marius (Eddie Redmayne) bertemu, lalu mereka bernyanyi dipisahkan oleh pagar rumah. Tiba-tiba ada penampakan seekor kupu-kupu hinggap di pagar sambil mengepakkan sayapnya perlahan. Wuaa, sempurna. Lengkap sudah sang sutradara membawa penonton merasakan bahwa Cosette dan Marius itu saling mencinta.

Ketiga, betapa abstraknya cara berpikir gw, sampai tiba-tiba gw inget tentang quote-quote yang nulis begini, ‘Life is like a movie’ blablabla.

Well, saatnya gw sambungkan ketiga informasi itu. Dan inilah hasil pemahaman gw.

Hidup itu ibarat film. Ok, bisaa. Naa, kalau gw pribadi menganggap bahwa kita ini aktor dan aktris yang memerankan karakter dalam film, sedangkan sutradaranya itu Tuhan. Hmm, Tuhan juga bisa jadi scriptwriternya, merangkap producer, merangkap music composer, dll. He’s The Artist lah. Kalau dalam kehidupan nyata sech bolehlah gw melihat sosok Charles Chaplin. Beliau itu salah satu pendiri United Artists Corporation (monggo di-Google). Kalau bikin film, beliau bukan cuma bertindak sebagai aktor, tapi juga sutradara, penulis skenario, producer, composer, all in one. But again, God, Himself, is the true Artist above all. The Master. The Almighty, more than Bruce Almighty. Tugas kita adalah memerankan karakter yang diberikan dengan sebaik-baiknya, bebas bereksplorasi. Asal ga melenceng dari arahan sutradara. The director has the vision.

Salah satu pengajar gw pernah bilang, apa yang kamu liat di film itu semua ada maksudnya. Settingnya, kostumnya, make-up-nya, lightingnya, dll, everything is there with purpose. Istilahnya Mise-en-Scéne (monggo di-Google lagi). Itulah yang membuat film keliatan bagus dimata penonton. Semua dipikirkan secara mendetail, semua dirancang dengan alasan. Seperti contohnya kupu-kupu dalam film Les Misérables. Kupu-kupu itu bukan tiba-tiba ada di pagar dan ga sengaja tertangkap oleh lensa kamera. Kupu-kupu itu memang dimaksudkan untuk ada disitu, sebuah simbol yang menguatkan penggambaran suasana cinta antara dua karakternya. Kenapa dalam film Argo banyak tight shot/ close-up, supaya kita bisa liat ekspresi setiap karakternya, merasakan ketegangan, kegelisahan, ketakutan yang sama dengan para karakternya. Kenapa warna nail polish Keira Knightley dalam film Seeking a Friend for the End of the World harus biru keabu-abuan? Gw yakin itu ada alasannya (walaupun gw ga ngerti apaan..hoho), yang berhubungan dengan penggambaran sosok karakter yang dimainkan Keira. Kenapa kalau sedih seringkali kita liat ada hujan turun, itulah simbol. Kecil sech, tapi punya makna terpendam, juga menyempurnakan. *cieeee* 
Itulah detail-detail yang kadang ga kita perhatiin, karena banyak hal lain yang lebih menarik perhatian kita. Biasanya sech hal-hal yang lebih kelihatan, yang lebih eye-catching gitu. Padahal tanpa disadari hal-hal kecil itulah yang melengkapi sesuatu yang besar itu.

Sering gw denger orang (salah satunya temen gw) bilang, ada alasan dibalik semua yang terjadi dalam hidup. Apa yang datang, apa yang pergi, seneng, sedih, memalukan, membanggakan, semua ada alasannya, walaupun ga semua harus kita cari alasannya dan ga semua alasan bisa kita pahami. Seperti simbol-simbol dalam film Stanley Kubrick yang suka susah buat dimengerti, tapi toh filmnya tetep bagus.

Mungkin kita sering ga sadar akan hal-hal yang kecil, karena terlalu dibuai sama hal yang besar (gw sering mengalami ini..hoho..). Hal kecil kalo ternyata hari ini masih bisa makan dan minum, hari ini masih bisa berangkat sekolah, masih bisa main bareng temen, masih bisa kerja, masih bisa peluk-cium orang tersayang. Sesuatu yang rutin, sederhana, tapi sering kita lupa. Fokus kita hanya pada sesuatu yang besar, pencapaian-pencapaian luar biasa dan ingin diakui oleh orang-orang. 
Apa artinya yang besar itu kalau ga bisa menikmati hidup. Apalah artinya budget besar, effect yang luar biasa kalo ceritanya memble.

Gw juga sering lupa dan ga merhatiin hal-hal kecil. Tapi mungkin ada saatnya kita (gw juga termasuk) musti bersantai, tenang, mengingat semua hal yang terjadi, besar dan kecilnya. We may not understand why all that should be happen, but the only thing that we can do is to trust the Director who direct our life.

Gw tutup dengan quote dari salah satu film kesukaan gw boleh ya. Ini ga nyambung sama life is like a movie sech, but since I like the quote, gw tulis aja ya.. hohoho.. *maksa*

"My momma always said life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get." - Forrest Gump


Sunday, February 17, 2013

Co-Pas from Paulo Coelho

Sekitar awal bulan Februari 2013, gw ditawarin oleh beberapa teman gereja untuk naik gunung entah dalam rangka apa. Sebenernya kakak gw sech yang ditawarin lebih dulu, terus kakak gw nawarin gw dech. Hoho. Lokasi gunung yang bakal kami daki jaraknya ga terlalu jauh dari lokasi rumah gw, sekitar 1 jam naik mobil untuk nyampe ke base camp a.k.a lahan buat parkir mobil, baru dari situ kita jalan menuju the real TKP. Puncak yang kami tuju sebenernya sech ga terlalu tinggi, apalagi kalo dibandingin sama Gunung Merapi, mungkin kalo dibandingin tu ibarat buyut dan cucunya atau cicitnya lah ya. Pokoknya cukup lah bagi pemula. Awalnya gw sempet ragu, selain karena cuaca yang kurang bersahabat (musim hujan saudara-saudara), juga karena nyokap gw yang kalo dari nadanya antara nyuruh gw buat ga ikut pergi atau ga memperbolehkan gw pergi (agak mirip ya maksudnya?? Hoho). Ujung-ujungnya gw memutuskan buat pergi, lumayan lah buat pengalaman. Iseng tepatnya. Hoho. Berbekal sepatu seadanya, sendal se-pas-nya, minuman dan makanan seenaknya, gw dan temen-temen berangkat ketika orang-orang masih terlelap dalam mimpinya. Kami pergi sekitar jam 4 subuh, dengan perhitungan bahwa kami punya waktu yang cukup buat menikmati terbitnya matahari dari puncak. *luar biasa*

Perjalanan bisa dibilang tidak lancar, karena satu, kami muter-muter buat nyari lokasi yang dimaksud, dua, roda mobilnya sempet masuk ke got. Hoho. Keren sekaliii!! Alhasil kami baru sampai di lahan parkir sekitar jam setengah 6 pagi. Memang pada akhirnya cita-cita kami untuk menikmati sunrise itu gagal, tapi apa salahnya menikmati indahnya pagi. Hoho. Dengan semangat '45 kami tancap gas menuju puncak. Setelah sampai, lalu apa yang kami lakukan di puncak sana? Yang pasti, minum, makan dan foto-foto. Disertai ngobrol dan menikmati pemandangan. Singkatnya, SERU!!

It was fun!! Total awesome!! Thanks a lot to all of my friends and my brother. God bless yu ol..

Eitss.. tapi tujuan gw disini bukan bercerita soal itu. Sebenernya tujuan gw adalah meng-copy-paste tulisan (cerita pendek) karya Paulo Coelho. *agak kurang kreatif* *tak apa*
Mr. Coelho adalah seorang penulis asal Brazil, dan salah satu karyanya yang paling terkenal adalah The Alchemist. Bisa dibilang gw ini pembaca setia karya beliau, karena memang tulisannya menarik dan ceritanya penuh dengan pesan yang pas di hati. Nah, cerita yang mau gw co-pas a.k.a copy-paste diambil dari buku yang berjudul  "Seperti Sungai yang Mengalir". Buku ini berisi kumpulan cerita pendek serta renungan dari sang pengarang yang jumlahnya lebih dari 50 judul. Diantara seabrek judul itu, ada banyak yang menohok, menampar, mengingatkan kembali juga mencerahkan jiwa. Tapi, ada satu judul yang rasanya harus gw bagikan, yaitu 'Pedoman Mendaki Gunung'. Jeng! Jeng! Tau khan sekarang kenapa gw memulai dengan se-upil kisah tentang pengalaman gw mendaki gunung. Hoho.

Baiklah, tanpa basa/i lagi saatnya gw 'salin' tulisan yang berjudul Pedoman Mendaki Gunung.

Pedoman Mendaki Gunung

Pilihlah gunung yang hendak didaki

Jangan terpengaruh omongan orang-orang. "Gunung yang itu indah", atau "Gunung yang itu lebih mudah." Banyak daya upaya dan semangat yang mesti dikerahkan untuk mencapai tujuan Anda, dan Anda satu-satunya yang bertanggung jawab atas pilihan Anda, jadi hendaknya Anda betul-betul yakin dengan apa yang Anda lakukan.

Pelajari cara mencapai gunung tersebut

Sering kali Anda bisa melihat gunung itu dari kejauhan-indah, menarik, penuh tantangan. Tetapi ketika Anda berusaha mencapainya, apa yang terjadi? Ternyata gunung itu dikelilingi banyak jalan; ada bentangan-bentangan hutan di antara Anda dan sasaran Anda tersebut; jalur yang kelihatan gampang di peta, pada kenyataannya jauh lebih rumit. Maka Anda harus mencoba semua jalan setapak dan rute-rutenya, hingga akhirnya suatu hari Anda berdiri di hadapan puncak yang ingin Anda daki.

Belajarlah dari orang yang sudah pernah kesana

Mungkin Anda mengira hanya Anda seorang yang ingin sampai ke sana. tetapi selalu ada orang lain yang pernah memiliki impian yang sama, dan orang ini telah meninggalkan petunjuk-petunjuk yang bisa memudahkan pendakian Anda: di mana tempat terbaik untuk mengikatkan tali, jalan-jalan setapak yang bisa dilalui, ranting-ranting yang telah dipatahkan supaya jalurnya lebih gampang diterabas. Ini memang pendakian  Anda, tanggung jawab Anda juga, tetapi jangan lupa bahwa belajar dari pengalaman-pengalaman orang-orang lain selalu bermanfaat.

Bahaya-bahaya, setelah dilihat dari dekat, bisa dikendalikan

Saat Anda mulai mendaki gunung impian Anda, perhatikan lingkungan sekitarnya. Sudah pasti ada tebing-tebing curam. Rekahan-rekahan yang nyaris terlewat dari pandangan. Batu-batu yang telah tergerus angin dan hujan hingga menjadi selicin es. Tetapi jika Anda tahu tempat yang Anda pijak, akan Anda lihaat jebakan-jebakan itu dan bisa menghindarinya.

Lanskapnya berubah-ubah, jadi manfaatkanlah sebaik-baiknya

Anda harus fokus pada tujuan Anda- yakni mencapai puncak, itu sudah pasti. tetapi, sambil mendaki, pemandangan tentu berubah-ubah, dan tidak ada salahnya Anda berhenti sesekali untuk menikmatinya. Semakin tinggi Anda mendalki, semakin jauh Anda bisa melayangkan pandang, makan sisihkan waktu untuk menemukan berbagai hal yang belum pernah Anda lihat,

Hormati tubuh Anda

Pendakian ini hanya bisa berhasil jikalau Anda memperhatikan kesejahteraan tubuh Anda. Hidup ini telah menganugerahi Anda dengan sekian banyak waktu, maka jangan menuntut terlalu banyak pada tubuh Anda. Kalau melangkah terlalu cepat, Anda menjadi lelah dan baru setengah jalan sudah menyerah. Kalau melangka terlalu lambat, malam akan turun dan Anda bakal tersesat. Nikmati pemandangan, minumlah dari mata air yang sejuk, dan makanlah buah-buah yang ditawarkan Alam dengan murah hati kepada Anda, tetapi jangan berhenti berjalan. 

Hormati jiwa Anda

Jangan terus-terusan berkata, "Akan kulakukan." Jiwa Anda sudah tahu itu. Yang perlu dilakukan jiwa Anda memanfaatkan perjalanan panjang ini untuk bertumbuh, untuk menggapi hingga ke cakrawala, menyentuh langit. Sekedar obsesi tidak membawa Anda kemana-mana, pada akhirnya malah akan merusak kegembiraan dalam mendaki. Di lain pihak, jangan terus-menerus berkata, "Ternyata lebih sulit daripada yang kukira," sebab ini akan melemahkan semangat Anda.

Bersiaplah untuk berjalan lebih jauh

Jarak menuju puncak gunung selalu lebih jauh daripada yang Anda perkirakan. Ada saatnya jarak yang kelihatannya sudah dekat itu ternyata masih sangat jauh. Tetapi ini tentunya bukan rintangan, berhubung Anda sudah siap untuk berjalan lebih jauh.

Bersukacitalah sesampainya di puncak

Menangislah, tepuk tangan, berteriaklah keras-keras bahwa Anda sudah berhasil. Biarkan angin (sebab di atas sana anginnya selalu kencang) memurnikan pikiran Anda, menyejukkan kaki-kaki Anda yang kepanasan dan letih, mecelikkan mata Anda, dan meniup debu-debu yang melekat di hati Anda. Apa yang dulu sekadar impian, visi yang dipandang-pandang dari kejauhan, telah kini menjadi bagian dari hidup Anda. Anda berhasil meraihnya, bagus sekali.

Ikrarkan

Sekarang Anda tahu bahwa di dalam diri Anda ternyata tersimpan kekuatan itu, maka katakan pada diri sendiri bahwa kekuatan ini akan Anda gunakan selama sisa hidup Anda; ikrarkan juga pada diri sendiri untuk menemukan gunung lain, lalu bangkitlah untuk menjalani petualangan itu.

Ceritakan kisah Anda

Ya, ceritakanlah. Jadilah contoh bagi orang-orang lain. Ceritakan pada setiap orang bahwa itu bisa dilakukan, supaya orang-orang lain juga menemukan keberanian untuk mendaki gunung-gunung mereka sendiri.

by Paulo Coelho (Seperti Sungai yang Mengalir - Pedoman Mendaki Gunung)


Semoga benar-benar bisa menjadi pedoman dan berkat.

God bless ^^