Sekitar awal bulan Februari 2013, gw ditawarin oleh beberapa teman gereja untuk naik gunung entah dalam rangka apa. Sebenernya kakak gw sech yang ditawarin lebih dulu, terus kakak gw nawarin gw dech. Hoho. Lokasi gunung yang bakal kami daki jaraknya ga terlalu jauh dari lokasi rumah gw, sekitar 1 jam naik mobil untuk nyampe ke base camp a.k.a lahan buat parkir mobil, baru dari situ kita jalan menuju the real TKP. Puncak yang kami tuju sebenernya sech ga terlalu tinggi, apalagi kalo dibandingin sama Gunung Merapi, mungkin kalo dibandingin tu ibarat buyut dan cucunya atau cicitnya lah ya. Pokoknya cukup lah bagi pemula. Awalnya gw sempet ragu, selain karena cuaca yang kurang bersahabat (musim hujan saudara-saudara), juga karena nyokap gw yang kalo dari nadanya antara nyuruh gw buat ga ikut pergi atau ga memperbolehkan gw pergi (agak mirip ya maksudnya?? Hoho). Ujung-ujungnya gw memutuskan buat pergi, lumayan lah buat pengalaman. Iseng tepatnya. Hoho. Berbekal sepatu seadanya, sendal se-pas-nya, minuman dan makanan seenaknya, gw dan temen-temen berangkat ketika orang-orang masih terlelap dalam mimpinya. Kami pergi sekitar jam 4 subuh, dengan perhitungan bahwa kami punya waktu yang cukup buat menikmati terbitnya matahari dari puncak. *luar biasa*
Perjalanan bisa dibilang tidak lancar, karena satu, kami muter-muter buat nyari lokasi yang dimaksud, dua, roda mobilnya sempet masuk ke got. Hoho. Keren sekaliii!! Alhasil kami baru sampai di lahan parkir sekitar jam setengah 6 pagi. Memang pada akhirnya cita-cita kami untuk menikmati sunrise itu gagal, tapi apa salahnya menikmati indahnya pagi. Hoho. Dengan semangat '45 kami tancap gas menuju puncak. Setelah sampai, lalu apa yang kami lakukan di puncak sana? Yang pasti, minum, makan dan foto-foto. Disertai ngobrol dan menikmati pemandangan. Singkatnya, SERU!!
It was fun!! Total awesome!! Thanks a lot to all of my friends and my brother. God bless yu ol..
Eitss.. tapi tujuan gw disini bukan bercerita soal itu. Sebenernya tujuan gw adalah meng-copy-paste tulisan (cerita pendek) karya Paulo Coelho. *agak kurang kreatif* *tak apa*
Mr. Coelho adalah seorang penulis asal Brazil, dan salah satu karyanya yang paling terkenal adalah The Alchemist. Bisa dibilang gw ini pembaca setia karya beliau, karena memang tulisannya menarik dan ceritanya penuh dengan pesan yang pas di hati. Nah, cerita yang mau gw co-pas a.k.a copy-paste diambil dari buku yang berjudul "Seperti Sungai yang Mengalir". Buku ini berisi kumpulan cerita pendek serta renungan dari sang pengarang yang jumlahnya lebih dari 50 judul. Diantara seabrek judul itu, ada banyak yang menohok, menampar, mengingatkan kembali juga mencerahkan jiwa. Tapi, ada satu judul yang rasanya harus gw bagikan, yaitu 'Pedoman Mendaki Gunung'. Jeng! Jeng! Tau khan sekarang kenapa gw memulai dengan se-upil kisah tentang pengalaman gw mendaki gunung. Hoho.
Baiklah, tanpa basa/i lagi saatnya gw 'salin' tulisan yang berjudul Pedoman Mendaki Gunung.
Pedoman Mendaki Gunung
Pilihlah gunung yang hendak didaki
Jangan terpengaruh omongan orang-orang. "Gunung yang itu indah", atau "Gunung yang itu lebih mudah." Banyak daya upaya dan semangat yang mesti dikerahkan untuk mencapai tujuan Anda, dan Anda satu-satunya yang bertanggung jawab atas pilihan Anda, jadi hendaknya Anda betul-betul yakin dengan apa yang Anda lakukan.
Pelajari cara mencapai gunung tersebut
Sering kali Anda bisa melihat gunung itu dari kejauhan-indah, menarik, penuh tantangan. Tetapi ketika Anda berusaha mencapainya, apa yang terjadi? Ternyata gunung itu dikelilingi banyak jalan; ada bentangan-bentangan hutan di antara Anda dan sasaran Anda tersebut; jalur yang kelihatan gampang di peta, pada kenyataannya jauh lebih rumit. Maka Anda harus mencoba semua jalan setapak dan rute-rutenya, hingga akhirnya suatu hari Anda berdiri di hadapan puncak yang ingin Anda daki.
Belajarlah dari orang yang sudah pernah kesana
Mungkin Anda mengira hanya Anda seorang yang ingin sampai ke sana. tetapi selalu ada orang lain yang pernah memiliki impian yang sama, dan orang ini telah meninggalkan petunjuk-petunjuk yang bisa memudahkan pendakian Anda: di mana tempat terbaik untuk mengikatkan tali, jalan-jalan setapak yang bisa dilalui, ranting-ranting yang telah dipatahkan supaya jalurnya lebih gampang diterabas. Ini memang pendakian Anda, tanggung jawab Anda juga, tetapi jangan lupa bahwa belajar dari pengalaman-pengalaman orang-orang lain selalu bermanfaat.
Bahaya-bahaya, setelah dilihat dari dekat, bisa dikendalikan
Saat Anda mulai mendaki gunung impian Anda, perhatikan lingkungan sekitarnya. Sudah pasti ada tebing-tebing curam. Rekahan-rekahan yang nyaris terlewat dari pandangan. Batu-batu yang telah tergerus angin dan hujan hingga menjadi selicin es. Tetapi jika Anda tahu tempat yang Anda pijak, akan Anda lihaat jebakan-jebakan itu dan bisa menghindarinya.
Lanskapnya berubah-ubah, jadi manfaatkanlah sebaik-baiknya
Anda harus fokus pada tujuan Anda- yakni mencapai puncak, itu sudah pasti. tetapi, sambil mendaki, pemandangan tentu berubah-ubah, dan tidak ada salahnya Anda berhenti sesekali untuk menikmatinya. Semakin tinggi Anda mendalki, semakin jauh Anda bisa melayangkan pandang, makan sisihkan waktu untuk menemukan berbagai hal yang belum pernah Anda lihat,
Hormati tubuh Anda
Pendakian ini hanya bisa berhasil jikalau Anda memperhatikan kesejahteraan tubuh Anda. Hidup ini telah menganugerahi Anda dengan sekian banyak waktu, maka jangan menuntut terlalu banyak pada tubuh Anda. Kalau melangkah terlalu cepat, Anda menjadi lelah dan baru setengah jalan sudah menyerah. Kalau melangka terlalu lambat, malam akan turun dan Anda bakal tersesat. Nikmati pemandangan, minumlah dari mata air yang sejuk, dan makanlah buah-buah yang ditawarkan Alam dengan murah hati kepada Anda, tetapi jangan berhenti berjalan.
Hormati jiwa Anda
Jangan terus-terusan berkata, "Akan kulakukan." Jiwa Anda sudah tahu itu. Yang perlu dilakukan jiwa Anda memanfaatkan perjalanan panjang ini untuk bertumbuh, untuk menggapi hingga ke cakrawala, menyentuh langit. Sekedar obsesi tidak membawa Anda kemana-mana, pada akhirnya malah akan merusak kegembiraan dalam mendaki. Di lain pihak, jangan terus-menerus berkata, "Ternyata lebih sulit daripada yang kukira," sebab ini akan melemahkan semangat Anda.
Bersiaplah untuk berjalan lebih jauh
Jarak menuju puncak gunung selalu lebih jauh daripada yang Anda perkirakan. Ada saatnya jarak yang kelihatannya sudah dekat itu ternyata masih sangat jauh. Tetapi ini tentunya bukan rintangan, berhubung Anda sudah siap untuk berjalan lebih jauh.
Bersukacitalah sesampainya di puncak
Menangislah, tepuk tangan, berteriaklah keras-keras bahwa Anda sudah berhasil. Biarkan angin (sebab di atas sana anginnya selalu kencang) memurnikan pikiran Anda, menyejukkan kaki-kaki Anda yang kepanasan dan letih, mecelikkan mata Anda, dan meniup debu-debu yang melekat di hati Anda. Apa yang dulu sekadar impian, visi yang dipandang-pandang dari kejauhan, telah kini menjadi bagian dari hidup Anda. Anda berhasil meraihnya, bagus sekali.
Ikrarkan
Sekarang Anda tahu bahwa di dalam diri Anda ternyata tersimpan kekuatan itu, maka katakan pada diri sendiri bahwa kekuatan ini akan Anda gunakan selama sisa hidup Anda; ikrarkan juga pada diri sendiri untuk menemukan gunung lain, lalu bangkitlah untuk menjalani petualangan itu.
Ceritakan kisah Anda
Ya, ceritakanlah. Jadilah contoh bagi orang-orang lain. Ceritakan pada setiap orang bahwa itu bisa dilakukan, supaya orang-orang lain juga menemukan keberanian untuk mendaki gunung-gunung mereka sendiri.
by Paulo Coelho (Seperti Sungai yang Mengalir - Pedoman Mendaki Gunung)
Semoga benar-benar bisa menjadi pedoman dan berkat.
God bless ^^