Sunday, July 22, 2012

655ribu rupiah

Suatu kali gw dan salah seorang temen gw, sebut saja Yebok, melakukan sebuah perjalanan dari Jakarta, Indonesia menuju Perth, Australia menggunakan sebuah maskapai penerbangan yang terkenal dengan tiket murahnya (sangat cocok untuk kantong pelajar yang ngirit atau mereka yang memang memiliki budget terbatas). Penerbangan kami dijadwalkan berangkat sekitar jam 1 siang WIB dan akan tiba di Perth sekitar jam 11 waktu setempat, tapi mampir dulu di Malaysia buat transit.

Okay, sampai disini gw jelasin dulu, bahwa tiket itu gw dapet dari temen gereja yang punya usaha travel agent gituu. Tiket yang dia kirim ke gw ga' tercantum berapa lama kami transit di Malay dan jam berapa penerbangan berikutnya ke Perth. Gw udah beberapa kali nanya ke dia buat dapet keterangan detailnya, tapi tetep ga' dapet. Menurutnya, dia juga ga dapet dari sononya. Okaylah, percaya aja, yang penting sampe tujuan dengan selamat. Tapi, gw dan Yebok tetep memperhitungkan kira-kira berapa lama kami harus menunggu di Malay, supaya tau apa yang mungkin bisa kita lakukan untuk menghilangkan rasa bosan selama nunggu transit. Beginilah peritungan kasar kami : perjalanan Jakarta - Perth sekitar 4-5jam, berarti kalo dari Malay mungkin nambah sekitar 1jam lebih yaa (perhitungan yang amat sangat kasar). Naa, dari Jakarta - Malay tu sekitar 1jam 45menit(kalo ga' salah). Jadi dalam pikiran kami, paling ga' kita berangkat dari Malay sekitar jam 6 sore waktu setempat. Seeph, let's bring our book!!! all set!! ready to go!!

Perjalanan gw awali naik bus dari kota Bandung tercinta. Sampai di bandara Soekarno-Hatta, kami melihat jadwal penerbangan (nge-check jadwal donx, takut ketinggalan pesawat.. ga' lucu juga kalo sampe ditinggal ato salah liat jadwal *tepokjidat). Melihat layar televisi yang menampilkan jadwal penerbangan, mata kami terbelalak karena ternyata jadwal penerbangannya diundur. Untuk lebih yakin lagi dengan jadwalnya, temen gw, yang saat itu juga sekalian mau upgrade baggage-nya, nanya ke mba-mba yang bertugas di kantor maskapai penerbangan ini, sebut saja mba 'A'. Naa, menurut mba A ini memang penerbangan kami diundur, tapi entah apa alasannya, ga' ada keterangan yang jelas. 
Waktu Yebok upgrade baggage-nya dia dikasi kertas keterangan tentang baggage yang baru plus ada keterangan jadwal penerbangan kita. Disitu tertera bahwa kami berangkat dari Jakarta jam 3 sore, nyampe Malay jam 6 waktu setempat. Terus penerbangan selanjutnya dijadwalkan dari Malay jam 6 kurang dan sampe di Perth jam 11an. Sudah jelas bukan ada letak keganjilan disituuuu?!

HOHOHOHOHOHOHOHOHO.. Hebatnya gw dan Yebok ga' sadar akan hal itu,, dan, yang menjadi pertanyaan kami adalah 'kenapa si mba A itu ga sadar juga ya? Padahal jadwal penerbangannya distabilo sama dia'. *sebuahtandatanyabesar

Baiklah, kembali lagi ke Jakarta. Masih dalam keadaan ga' sadar dengan waktu yang saling tumpang tindih itu, gw dan YEbok nunggu dengan manisnya di airport. Laluuuu,tibalah waktunya keberangkatan kami. Sambil membunuh waktu selama perjalanan, Yebok memutuskan buat mengistirahatkan matanya sejenak, sedangkan gw memilih untuk baca buku (one of my favourite things). Kira-kira 3/4 perjalanan, gw mulai berpikir berapa lama kami harus menunggu di Malay. Gw perhatikan jam tangan yang terlilit manis di pergelangan tangan gw. Mulailah gw menghitung-hitung estimasi waktunya. DAAAAANNNN!!! DISITULAAHHH!!! Disitu gw baru sadar ada yang ga beres dengan jadwal penerbangan kami. Kebetulan saat itu Yebok udah bangun, jadi gw langsung pinjem kertas yang dikasih sama mba A ituu yang berisi keterangan jadwal pesawat. JENG..JENG..JENG..JENG!!!!!!! Jamnya kok deketaannn??!!! Masih ga' percaya dengan apa yang tertera di kertas itu, kami melihat kertas tiket.. DENG..DENG!!!!! Khaaaannn!!! Jamnya deketan!!!!!! Makin pusing, kita mutusin buat tanya ke pramugarinya. Bingung juga pramugarinya. Akhirnya dipanggilnya lah itu kepala pramugaranya (kayanyaaa). 
Dia bilang 'Penerbangan kita ga' telat kok mba', kita nanti sampenya tepat waktu'. Batin gw berkata, 'heeh, saya juga tau mas!'. Mulut gw berkata, 'tapi jadwal yang dari Malaynya mepet mas. Ini jam nya waktu Malay khan?(sambil nunjuk keterangan jam di tiket)'. Sambil kebingungan, diperhatiin lagi tu dengan seksama tiketnya sama mas-mas pramugara itu, terus dia bilang, 'gini mba, saya ga' tau kenapa mba pesen tiketnya waktunya kok yang mepet'. LHAAA?!
Temen gw langsung membela diri, 'mas, saya pesen tiketnya Jakarta-Perth, yang harusnya berangkat jam1, tapi tadi diundur jadi jam3'. Bingung kita musti nerangin apa lagi. Mungkin karena bingung juga, pramugara itu akhirnya ngasih solusi yang mungkin gw dan Yebok bisa lakukan, siapa tau masih keburu waktunya (walaupun di dalam hati kami tau itu udah ga' mungkin).
Nyampe di Malay, kita lari-lari buat ngejar waktu. Sampe di tempat check-in, benerlaaahhh..udah ditinggal kitaaaa!!! manissssss!!! Sama mba-mba yang jaga disitu kita disiruh dateng ke sebuah tempat (yang ternyata loket buat check-in), dia bilang disitu ntar bakal dibantuin buat re-schedule flight. Pendek kata, emosi serta tenaga gw dan YEbok sangat terkuras akibat : nungguin baggage yang sempet-sempetnya ga' nongol, jadi musti nungguin agak lama, ditambah pula kami dilempar dari satu loket ke loket yang lain cuma buat re-schedule penerbangan. Sekitar 3 kali kita disuruh pindah loket. EMOSIIIIIII!!!! Bukan cuma itu ajaaa, petugas yang melayani kami kebetulan sangat tidak baik saat itu. Dia memberikan solusi berupa : dimasukin dalam daftar waiting list untuk penerbangan malam itu, atau penerbangan selanjutnya di hari Kamis, yang which is di hari itu Yebok ada orientasi di sekolahnya untuk semester baru. Oh, gw lupa...Kejadian itu tepatnya terjadi di hari Selasa.. Jelaslah kami makin emosi!! Kita coba ngasih penjelasan, dengan isyarat kalo kita ga' mungkin nunggu sampe hari Kamis, tapi si mas-mas ini malah ngotot. Buseeeettttt!!! Cuma itu kemungkinannya dia bilang.. Baaaahhh!!! Macam mana pulaaa!!!  
Ditengah kebingungan, dan emosi yang memuncak, gw dan Yebok berusaha untk tetap menjernihkan pikiran supaya kita bisa ngambil keputusan yang tepat. Gw dan Yebok saling bertukar pandang dengan tatapan pasrah, bingung, dan ga' percaya dengan situasi yang kami hadapi. Ditengah kondisi itu, entah gimana ceritanya, tiba-tiba disamping mas-mas yang menyebalkan itu muncullah seorang bapak-bapak, yang gw asumsikan sebagai supervisornya (soalnya dia ga' pake seragam kaya petugas lain yang jaga di loket itu, dia pake kemeja dan terlihat lebih rapih). Sama bapak-bapak ini, sebut saja bapak 'N', diberikanlah solusi yang baru, yaitu kita berangkat malem itu jam 8 ke Bali, sampe di Bali jam 11an, baru dari Bali dilanjutin ke Perth.  Masalahnya kita harus nunggu 9jam di Bali untuk penerbangan selanjutnya. Melihat kondisi Yebok yang harus ada di sekolahnya hari Kamis, dan option yang ditawarkan oleh bapak 'N' itu adalah option yang terakhir, akhirnya kami memutuskan buat ngambil perjalanan yang sangat melelahkan itu.
Bapak 'N' kemudian mengurus semua proses pemesanan tiket, dkk yang gw ga' ngerti apa. Ternyata proses itu memakan waktu lama, lebih dari 1jam!! Gw dan Yebok hanya bisa berdiri di depan loket itu dan menunggu sambil meladeni pertanyaan pihak keluarga via sms yang khawatir dengan keadaan kami. 
Tenaga kami ternyata masih harus diuji, karena setelah tiket perjalana yang baru keluar, kami harus buru-buru mengejar pesawat karena waktu yang mepet. Hadooooohhhh.. *ngelusdada
Singkat cerita, setelah buru-buru dan lari-larian supaya ga' ditinggal (lagi) sama pesawat, akhirnya kami bisa melepas lelah sejenak di dalam pesawat. Lumayan lah 3 jam. Dengan penuh rasa lapar, kami memesan makanan yang harus kami bayar dengan uang kami sendiri. FYI, rupanya kompensasi dari re-schedule penerbangan kami hanya berupa tiket gratis. Ga' ada kompensasi lain berupa makanan atau tempat istirahat selama di Bali.

Sesampainya di Bali, tugas kami selanjutnya adalah mencari tempat untuk istirahat. Dibantu oleh kakak gw tersayang dan kakaknya Yebok juga, melalui SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh) mereka coba ngasih alternatif dan petunjuk-petunjuk yang dibutuhkan. Maklum, gw dan Yebok sama-sama anak perempuan, dan kami belom pernha mengalami hal ini sebelumnya. Belum lagi kita sampai di Bali tengah malem, makin paniklah orang tua, lebih spesifiknya orang tua gw. Kakak gw ngebantu buat nyari penginapan yang deket sama airport biar ga' repot. 
Beberapa kali menghubungi penginapan yang berbeda, hasilnya, kalo ga' full book, harganya kemahalan kalo dibandingin sama waktu yang bakal kita habiskan di penginapan itu, cuma 6jam cuuyyyyy. Setelah beberapa saat akhirnya kakak gw bilang 'udah, kamu ga' udah mikirin harganya mahal ato ga', yang penting kamu bisa istirahat. Sekarang ini udah jam segini (waktu menunjukkan pukul 1 dini hari), soalnya besok pagi kamu harus pergi lagi. Ini ibu yang khawatir'. Denger kata-kata itu, jujur gw ngerasa terharu dan ga' enak juga. Keluarga gw yang jadi ikut-ikutan repot. Dengan berat hati dan penuh ketegaran akhirnya kami memesan  kamar berharga Rp. 655.000,- di sebuah penginapan yang letaknya hanya 5 menit dari airport. Untungnya kami di jemput di airport oleh pihak penginapan. Fiuuuhhhhh.. Officially, kami benar-benar berada di atas tempat tidur jam 3 subuh setelah membersihkan diri dari bau keringat dkk. Pagi-pagi sekitar jam setengah 7 kami sudah harus mulai siap-siap untuk pergi ke bandara karena pesawat kami akan berangkat jam 9.
Setelah melalui perjalan yang begituuuuuuuu panjaaaaaaaaaaaannnnnnggggggg, tibalah kami di Perth. Thanks God ^^


Ga' pernah terbayangkan sebelumnya kalo gw bakal mengalami hal ini. Untung gw ga sendiri, ada Yebok disamping gw. Kami merasa beruntung bahwa kami tidak harus sendirian melalui perjalan panjang yang menguras emosi dan tenaga ini.
Mungkin diantara kalian udah ada yang pernah ngerasain apa yang gw dan Yebok alami. Bisa jadi lebih rumit ato lebih mudah. Mungkin cerita gw diatas terkesan berlebihan. Tapi bagi gw pribadi, kejadian itu kaya shock theraphy. Satu pesan nyokap gw di sms yang ga' pernah gw lupa adalah 'ya sudah, nikamati saja ya dik'. Iya buuu, aku sangat menikmati lari-larian di bandara Malay, dorong-dorong trolley di terminal keberangkatan di Malay buat nyari counter yang tepat setelah 3 kali dilempar kesana-kemari. Aku menikmati saat-saat nunggu baggage yang entah ada dimana. Menikmati makanan di atas pesawat yang ga' pernah aku order sebelumnya. Menikmati waktu yang sangat singkat di sebuah hotel yang terasa amat sangat nyaman saat itu walaupun hanya untuk 6 jam, 3jam diantaranya untuk menutup mata. hohohohohohoho
Ga' pernah gw naik pesawat sesering itu dalam waktu yang singkat. Dalam 24 jam gw naik pesawat 3 kali. Udah berasa kaya artis aja..hohohohohohohohoho
Ya, setiap kejadian pasti ada hikmahnya lah yaa.. Ketika emosi dan sikap kita diuji, ketika kita berpasrah dan berpengharapan. Mensyukuri bahwa gw dan Yebok sampai di tujuan dengan selamat dan ga' kekurangan suatu apa pun, kami sehat, itulah yang terpenting. Thanks Lord ^^

Di penghujung cerita, gw sarankan, ketika akan melakukan perjalanan, terlebih perjalanan panjang menggunakan pesawat, apalagi ditambah pake transit, jangan lupa cek jadwal penerbangannya. Perhatikan waktunya baik-baik, kalau ternyata di hari H ada keterlamabatan penerbangan, cek juga waktunya, pastikan kalian punya waktu yang cukup selama masa transit. Kalo ada tanda-tanda keganjilan, langsung tanya sama pihak yang bersangkutan. Pastikan kalian ga' akan ketinggalan pesawat. Hohohohohohohohoho.. Oh, istilah 'ada harga, ada barang' berlaku dalam hal ini. Pilihlah maskapai penerbangan yang memiliki fasilitas dan pelayanan yang baik, jadi kalo ada keganjilan atau masalah apa pun itu mereka bisa ngasih pelayanan yang terbaik (dioper-oper sampe 3 kali tu ga' enak lho, apalagi di tempat gede dalam keadaan buru-buru). Bayar agak sedikit lebih mahal kadang ga' apa-apa kok ^^
Daaannnnn... Kalo pada akhirnya bernasib sama dengan saya, aturlah emosi, usahakan untuk tetap berpikir jernih serta bijak, yakinlah bahwa akan ada pihak-pihak yang membantu kita untuk sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Kalo masih bingung, butuh orang untuk bicara, contohnya keluarga, jangan segan-segan untuk menghubungi mereka. Walaupun kadang mereka justru menambah emosi, tapi yakinlah suara mereka, kepanikan mereka membuat hati lega. Akhir kata jangan lupa 'berdoa'. Jangan lupa berkomunikasi sama Tuhan, mintalah tolong dan tuntunan Tuhan^^ Jujur hal ini sering saya lupakan ketika panik. Tapi cobalah untuk tetap ingat. Diatas semua usaha kita, ada Tuhan yang tanpa sadar menuntun kita untuk melalui semua itu..

Selamat melakukan perjalan panjang. Selamat menikmati petualangan yang tidak terduga^^

Gusti Mberkahi^^